-->
NGx9MGB7Nap6Nax5MaRbNqN7MmMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANSIMPLE103

 Kearifan Lokal Tari Burung Putih Masyarakat Musi Banyuasin

foto Oktafiningsih

Kearifan lokal dan filosofi nilai budaya Tari Burung Putih di Kabupaten Musibanyuasin, Provinsi Sumatera Selatan memiliki fungsi sebagai penguat identitas dan tradisi-tradisi lainnya.

oleh: Mardoni, pamong budaya ahli muda

Tari Burung Putih sangat terkait dengan tradisi masyarakat Musibanyuasin pada pengelolaan lahan pertanian, kebun dan hutan.

TRADISI yang terkait dengan pertanian, kebun dan pengolahan hutan di masyarakat Musibanyuasin adalah sedekah rame (sedekah bumi).

Sedekah rame merupakan tradisi setelah panen pertanian dalam rangka mengungkapkan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. 

Berdasarkan informasi dari informan, Burung Putih sangat berperan dalam mencegah penyebaran berbagai hama di lahan pertanian, sehingga hasil panennya melimpah.

Oleh karena itu, Burung Putih dianggap berperan dalam menjaga ekosistem lingkungan pertanian. 

Peran burung putih yang mampu membunuh berbagai hama yang terdapat di lahan pertanian, seperti hama wereng, tikus, keong sawah, dan sebagainya, dinasbihkan dalam bentuk Tari Burung Putih.

Hasil kajian yang dilakukan oleh BPNB Sumatera Barat (sekarang berganti nama menjadi Balai Pelestarian Kebudayaan Wil.III Provinsi Sumatera Barat), mengungkapkan bahwa filosofi Tari Burung Putih diciptakan untuk mengiringi berbagai tradisi-tradisi yang yang terkait dengan pertanian, berkebun, dan mengolah hutan dalam masyarakat.

Lalu, pola gerak Tari Burung Putih merupakan pola yang diciptakaan untuk mendeskripsikan peran Burung Putih dalam pemberantasan hama di lahan pertanian. 

Pola ini diwujudkan dalam tari yang estetik untuk mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada burung sebagai mahluk Tuhan.

Kajian antropologi tentang gejala sosial yang menyerupai seni di berbagai masyarakat kerap kali menunjukkan tentang kecakapan, keterampilan, dan skill tentang art (seni).

foto MTSN 3 Muba
Menurut Layton (dalam Simatupang 2010:83) yang dikatakan sebagai seni oleh berbagai tokoh masyarakat ditempatkan sebagai bagian ritual, sihir, cara penyembuhan atau menyatu dengan tatacara peradilan setempat.

Maka secara antropologis, seni di dalam masyarakat kerap menyatu dengan berbagai upacara, ritual, dan berbagai aktivitas manusia lainnya, dimana seni merupakan bagian tertentu di dalamnya.

 Pada masyarakat Musibanyuasin seni menyatu dalam tradisi sedekah rame dimana tari dijadikan sebagai penguat identitas dari tradisi-tradisi tersebut.

Analisis terhadap gerak dan pola lantai Tari Burung Putih terdiri dari beberapa pola gerak yang mencerminkan gerak burung sedang terbang.

Diantaranya gerak kepak sayap (gerak burung terbang), gerak kecubung putih, gerak kecubung hitam, gerak kepak sayap duduk, gerak pembentukan burung, dan gerak transisi.

Gerak kepak sayap burung dilakukan dengan mengerakkan tangan dari atas ke arah bawah, sehingga kostum sayap burung penari terlihat mengembang dan menutup.

Gerak kepak sayap melambangkan kondisi burung putih yang sedang terbang, dengan maksud akan menukik mencari mangsa di suatu tempat.

Gerak kecubung hitam merupakan gerakan yang diambil dari nama tumbuhan kecubung yang banyak terdapat dilahan perkebunan.

Gerak kecubung hitam dilakukan dengan mengerakkan lentik jemari penari, dimana punggung telapak tangan kiri (warna kegelapan) diarahkan ke bagian dalam dan punggung tangan kanan digerakkan dengan cara diputar ke dalam dan keluar.

Kaki penari (baik kiri atau kanan) secara bergantian dilentikkan ke arah belakang. Kemudian, gerak kecubung putih merupakan kebalikan dari gerak kecubung hitam.

Gerak kecubung putih dilakukan dengan mengerakkan lentikan jemari penari, dimana perut telapak tangan kiri (warna putih) diarah ke bagian dalam dan perut telapak tangan kanan digerakkan dengan cara diputar ke dalam dan keluar.

Kaki penari (baik kiri atau kanan) secara bergantian dilentikkan ke arah belakang. Pola lantai penari membentuk huruf A.

Gerak kepak sayap dalam posisi duduk dimana kedua telapak tanggan dirapatkan ke arah bagian dada penari, dan kaki agak sedikit ditekuk ke bawah.

Setelah tangan didekap ke arah dada, dilakukan gerak kepak sayap sebanyak 4 kali. Gerakan ini dilakukan dengan mengubah posisi pola lantai penari dari pola lantai huruf A menjadi pola lantai persegi empat dimana satu penari berada di pusat (ditengah-tengah sebagai poros).

Posisi ini ditahan sampai beberapa kali hitungan (1-4 hitungan). Gerak pembentukan kepala burung merupakan gerakan penari dengan membentuk posisi kepala burung dimana gerakan ini dilakukan sebagai pentup dari gerakan tari.

Gerakan ini diawali dengan gerak kepak sayap burung dimana pola lantai membentuk lingkaran. Penari menarikan gerak kepak sayap dengan bergerak terbang membentuk lingkaran, penari berkeliling dalam lingkaran tersebut.

Akhir gerakan ini dengan membentuk gerak membentuk menyerupai kepala burung. Sementara itu gerak transisi merupakan gerakan yang menghubungkan antara satu gerakan dengan gerakan yang lain. Gerakan ini dilakukan seperti gerakan kepak sayap burung, dan diiringi dengan perubahan pola lantai penari.

Ketika mengubah pola lantai dari huruf V ke pola huruf A, maka dilakukan gerakan transisi. Dokumentasi Tari Burung Putih dapat dilihat di Youtube Budaya Muba pada link www.youtube.com/watch?v=QvnX-R8qu01k.

Kearifan lokal masyarakat Musibanyuasin dalam menjaga ekosistem alam pertanian di deskripsikan melalui penciptaan Tari Burung Putih.

Gerakan dan pola lantai tari ini dinasbihkan melalui gerakan burung terbang. Pola lantai huruf V, A, dan garis miring merupakan pola yang dicontoh seperti pola burung terbang. Burung membentuk pola huruf V, A atau garis miring ketika terbang untuk menyesuaikan kondisi angin saat terbang.

Pola huruf V misalnya, pola ini dimaksudkan untuk menyesuaikan diri pada saat terbang sehingga manpu menghemat energi sebesar 10-14 persen.

Pola garis miring berfungsi untuk memudahkan terbang ketika melawan arah angin, dan sebgainya. Tari yang dimainkan oleh 5-6 penari ini telah banyak dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah menjadi tari yang mencerminkan identitas dan penguat tradisi orang Musibanyuasin.

foto Kwarcab Musibanyuasin
Upaya pemerintah dalam melestarikan tari Burung diantaranya melaksanakan festival tari, tari sebagai kurikulum muatan lokal di lembaga pendidikan, pertunjukan tari di daerah lain, dan fasilitasi sanggar tari.

Pelindungan karya budaya ini perlu ditingkatkan ke tahap yang lebih baik agar program-program pemajuan kebudayaan Tari Burung Putih dapat dikembangkan.

Pelindungan karya budaya Tari Burung Putih sebaiknya ditingkatkan pada level provinsi dan nasional hendaknya. Semoga saja. (sumber padang ekspres 11-12-22)

Share This Article :
1745663973787222366

Rohana Kuddus Srikandi Islam Wanita Minang Sahabat Pena R.A Kartini

Piamanexplore- Setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia memperingati hari Kartini. Mengapa Kartini yang lebih dikenang padahal banyak perem...