-->
NGx9MGB7Nap6Nax5MaRbNqN7MmMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANSIMPLE103

Tradisi Unik Masyarakat Kabupaten Padang Pariaman

 Tradisi Unik Masyarakat Kabupaten Padang Pariaman

acara adat di Piaman

Masyarakat kabupaten padang pariaman atau sering disebut ughang Piaman punya nama bulan tersendiri dalam 12 bulan yang berlaku untuk setahun. Nama bulan demikian ada yang sama dan hampir sama dengan nama bulan yang berlaku secara arab. Lebih unik lagi, dalam 12 bulan tersebut ada pula tradisi dan kelaziman yang berlaku di tengah masyarakat yang berjalan sejak dunia takambang.

Saat bulan arab berada di awal tahun yakni muharram, di padang pariaman namanya bulan tabuik, di bulan ini tabuiki piaman digelar sejak zaman saisuak. Habis bulan tabuik datang bulan syafar, kalau di padang pariaman disebut bulan syafa. Di bulan syafa masyarakat melakukan ritual basyafa yang dipusatkan dikomplek makam Syekh Burhanuddin di ulakan.

makam syekh Burhanuddin
Ada waktunya syafa gadang dan ada pula syafa ketek. Syafa gadang berlaku untuk masyarakat dari berbagai daerah di sumatera barat, malah ada juga yang datang dari malaysia. Basyafa mulai berlaku setelah syekh Burhanuddin wafat. Kemudian syafa ketek umumnya diikuti oleh masyarakat ulakan tapakis dan sekitarnya. Sehabis bulan syafar adalah bulan rabiul awal masyarakat menyebut bulan ini dengan bulan maulud dan ada pula habis ini bulan adiak maulud dan bulan adiak maulud kedua yang kalau bulan arabnya dinamai dengan rabiul akhir dan jumadil awal.

Sementara untuk bulan jumadil akhir dinamai dengan bulan carai. Kemudian timbul pula bulan rajab yang disebut dengan bulan sambareh (sambareh makanan khas sumatera barat) bulan sambareh habis, datang bulan sa,ban atau bulan lamang kalau di padang pariaman (lamang/lemang makanan khas masyarakat sumatera barat).

sumbareh/serabi makanan khas piaman
Dibulan lamang ini masyarakat padang pariaman melazimkan acara mengaji ka puaso disetiap rumah, artinya mengaji dengan mengundang beberapa urang siak (ustad) yang ada dalam korong tersebut untuk menyambut kedatangan bulan Ramadhan yang penuh dengan kemulyaan dan keberkahan. Tradisi dan kebiasaan yang berlaku tiap bulan itu tetap bertahan dengan segala keunikannya sesuai keadaan zaman yang datang dan pergi silih berganti.

Dulu masyarakat membuat sambareh memakan waktu lama, sekarang malah sebentar dan rasanya pun tidak kalah dengan sambareh dengan buatan orang tua-tua dulunya bahkan kalau perempuan kalau tak pandai membuat sambareh bisa juga dibeli untuk diantarkannya kerumah mertuanya atau untuk hajatan mendoa dirumah tangganya.

Dengan adanya tradisi setiap bulan itu pula berlaku kebiasaan saling jalang manjalang antara ipar dengan besan, andan-pasumandan. Istri bersama keluarganya mengunjungi keluarga suaminya dengan mengantar makanan berupa sambareh yang sudah dibuat atau dibeli tadi.

malamang/memasak lemang
Meskipun bulan lamang dipadang pariaman itu hanya satu bulan, tempat bulan masyarakat membuat makanan yang dimasak dengan cetakan berupa buluah/bambu itu ada juga pembuatan lamang ini dibuat pada bulan maulud atau pada saat tertentu kalau ada kemalangan dalam keluarga seperti adanya yang meninggal dan dilakukan mengaji kematian dari awal mayat dikuburkan, hingga memperingati seratus hari wafat yang kalau dipadang pariaman disebut dengan maratuih hari.

Kalau nasib lagi rancak bulan lamang tiba atau bulan maulud datang musim buah durian masuk pula bertemulah rueh dengan bukunya, lamang akan laku keras sebab durian akan enak dimakan bila ada lamang sebagai lawannya. Makanan yang satu ini di padang pariaman jarang sekali orang yang tak suka hampir semua masyarakat suka dengan durian apalagi kalau adapula lamanganya.

lamang jo durian

 

Sumber: majalah saiyo sakato 2015

Share This Article :
1745663973787222366

Tradisi Rebutan 5 Ton Gula Warga Padang Keturunan India Peringati Wafatnya Ulama Asal India

Piamanexplore- Hari minggu tanggal 1 kemarin bulan 12 2024 ini   Ribuan warga Padang memperebutkan lima ton gula pasir dalam acara Festival ...