-->
NGx9MGB7Nap6Nax5MaRbNqN7MmMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANSIMPLE103

Tradisi Adat Makan Bajamba di Minangkabau

 Tradisi Makan Bajamba di Minangkabau

makan bajamba

oleh Herlina Hasan Basri

Makan Bajamba adalah tradisi makan bersama dalam satu piring besar, tradisi ini sudah turun temurun sampai sekarang di Minangkabu. Adapun tujuan dari Makan Bajamba adalah untuk meningkatkan silahturahmi dan kebersamaan satu suku dengan suku lain serta sesama warga di dusun, jorong dan Nagari. Makan Bajamba biasanya diadakan pada pesta pernikahan, pada helat Batagak Panghulu (Malewakan gala) atau diwaktu gotong royong dan acara lainnya.

Biasanya sebelum Makan Bajamba dimulai, para janang ditanyai oleh silang nan bapangka (tuan rumah), apakah hidangan pada masing-masing jamba sudah betul-betul cukup. Karena pada dasarnya tiap jamba, baik sambal/lauk pauk, air minum di gelas dan di cerek hendaknya sudah tersedia di tempat. Begitu juga nasi tambah sudah terhidang pula.

Makan Bajamba mempunyai sopan santun atau etika tersendiri. Tamu yang ikut makan bajamba haruslah ditempatkan sesuai dengan fungsinya, seperti sumando (ipar) mamak rumah (tuan rumah) kawan samo gadang (teman sepermainan) dan lain sebagainya. Menyuap nasi tidak boleh dengan genggaman yang besar, mengambil nasi haruslah dengan ujung jari. Agarnya nasi tidak berserakan (rimah) ada baiknya nasi dikepal dulu sebelum dimakan. Demikian juga ketika tangan kanan menyuap, tangan kiri sudah bersiap-siap dibawah dagu dengan maksud menampung serakan nasi.

Tradisi ini diyakini berasal dari Koto Gadang, kabupaten Agam, Sumatera Barat, dan diperkirakan telah ada sejak agama Islam masuk ke Minangkabau sekitar abad ke-7. Oleh karena itu, adab-adab yang ada dalam tradisi ini umumnya didasarkan pada ajaran Islam terutama Hadits. Beberapa adab dalam tradisi ini di antaranya adalah seseorang hanya boleh mengambil apa yang ada di hadapannya setelah mendahulukan orang yang lebih tua mengambilnya.

Ketika makan, nasi diambil sesuap saja dengan tangan kanan. Setelah ditambah sedikit lauk pauk, nasi dimasukkan ke mulut dengan cara dilempar dalam jarak yang dekat. Ketika tangan kanan menyuap nasi, tangan kiri telah ada di bawahnya untuk menghindari kemungkinan tercecernya nasi. Jika ada nasi yang tercecer di tangan kiri, harus dipindahkan ke tangan kanan lalu dimasukkan ke mulut dengan cara yang sama.

Kemudian Makan Bajamba dilaksanakan secara bersama-sama. Makan Bajamba bagi laki-laki duduk bersila di atas lantai mengeliling talam (biasanya juga memakai daun pisang) dan saling berhadapan. Dan bagi yang perempuan duduk bersimpuh, juga saling berhadapan. Makan Bajamba paling banyak 6 orang ditiap kelompok termasuk janang untuk menambah nasi dan lauk pauk kalau dirasakan kurang.

Penyelenggaraan Makan Bajamba ini sangat elastis, Makan Bajamba tidak mesti di atas tikar permadani tetapi juga boleh diatas tikar pandan atau tikar anyaman, atau pun plastik. Sesuai dengan kemampuan "nan dalam basikaram, nan dangka basijengkeng"

Dalam prosesi makan bajamba yang dilakukan tidak hanya sekedar makan. Biasanya sebelum dan sesudah makan ada petatah petitih antara tuan rumah dengan tamu (diwakili satu orang). Hal ini dilakukan sebagai bagian dari adab makan bajamba.

Sampai saat ini makan bajamba masih banyak dilakukan oleh masyarakat Minangkabau, meskipun di beberapa daerah tradisi makan bajamba telah bergeser dalam hal cara penyajiannya.

Prosesi makan bajamba sendiri memiliki filosofi dan arti tersendiri dalam pelaksanannya,

ada 5 manfaat yang bisa kita petik dari Makan Bajamba:

Belajar menghormati yang lebih tua

Dalam satu kelompok Makan Bajamba, orang yang paling tua dipersilahkan makan lebih dulu baru kemudian diikuti oleh yang lainnya. Hal ini melatih kita untuk belajar menghormati mereka yang lebih tua atau dituakan.

Maka dalam hal ini berlaku pepatah minang: Ditinggian sarantiang, diuluan salangkah.

Memupuk Kebiasaan Berbagi

Dalam makan bajamba kita makan bersma, bisa lima sampai tujuh orang. Di sini kita dilatih untuk saling berbagi makanan kepada yang lain. Dalam makan bajamba ini juga kita dituntut untuk tidak rakus serta memperhatikan anggota yang ikut makan.

Bagus Untuk Kesehatan

Makan Bajamba tidak menggunakan sendok maupun garpu, semua yang ikut makan menggunakan tangan kanan untuk makan. Makan dengan tangan sangat baik untuk kesehatan dan ini sudah dibuktikan dengan berbagai penilitian di bidang kesehatan.

Selain itu makan dengan tangan juga mencegah terjadinya cedera pada mulut. Contohnya saat makanan panas, kita bisa terhindar dari terbakarnya lidah karena tangan bisa merasakan terlebih dulu apakah makanan tersebut masih panas atau sudah bisa disuap.

Melestarikan Budaya

Selain itu pelaksanaan Makan Bajamba juga bisa dilihat sebagai upaya melestarikan salah satu budaya minang. Dan semoga budaya Makan Bajamba tetap hidup di tengah lingkungan masyarakat Minang.

Sesuai Dengan Sunah Nabi

Yang lebih mengejutkan,Makan Bajamba juga bisa dilihat sebagai bentuk penerapan “Adaik Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” dimana adat minang bersumber dari agama islam.Dan yang lebih istimewanya ternyata tradisi Makan Bajamba ini sangat sesuai dengan sunah Rasulullah,yang biasa disebut makan berjama'ah

Indahnya kebersamaan ini dalam adat minangkabau ternyata sangat sesuai dengan ajaran agama kita, Alhamdulillah, berjama'ah pada saat makan, termasuk diantara sunnah rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Al Imam Muslim rahimahullahu ta'ala dari hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhuma. Bahwa rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"طَعَامُ الْوَاحِدِ يَكْفِي اْلإِثْنَيْنِ، وَالطَّعَامُ اْلإِثْنَيْنِ يَكْفِي اْلأَرْبَعَةَ، وَالطَّعَامُ اْلأَرْبَعَةَ يَكْفِي الثَّمَانِيَةَ."

“Makanan satu orang mencukupi dua orang, makanan dua orang mencukupi empat orang dan makanan empat orang mencukupi delapan orang.” (Shahih Muslim III/1630)

Demikian pula dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari hadits Wahsyi bin Harb dari ayahnya dari kakeknya bahwasanya para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sesungguhnya kita makan tapi tidak kenyang.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Mungkin saShallallahu ‘alaihi wa sallama kalian makan dengan tidak berkumpul?” Mereka berkata: “Ya.” Beliau bersabda:

"فَاجْتَمِعُوْا عَلَى طَعَامِكُمْ، فَاذْكُرُوْا اسْمَ اللهَ عَلَيْهِ! يُبَارَكْ لَكُمْ فِيْهِ."

“Berkumpullah kalian ketika makan dan sebutlah Nama Allah Subhanahu wa Ta’ala padanya, maka makanan kalian akan diberkahi.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya - IV/138. Kitaabul Ath’imah bab Fii Ijtimaa’ ‘alath Tha’aam, Ibnu Majah dalam Sunannya - II/1093. Kitaabul Ath’imah bab al-Ijtimaa’ ‘alath Tha’aam, Imam Ahmad dalam Musnadnya - III/501, Ibnu Hibban dalam Shahihnya - VII/317. Kitaabul Ath’imah, Dzikrul Amri ‘alal Ijtimaa’ ‘alath Tha’aam, Rajaa-al Barakah fil Ijtimaa’ ‘Alaih.)

Maka di dalam hadits rasul shallallahu 'alaihi wa'alaalihi wasallam ini menerangkan kepada kita bahwa berkumpul ketika makan termasuk diantara sunnah rasulullah shallallahu 'alaihi wa'alaalihi wasallam sebagaimana yang telah kita jelaskan tadi dari hadits-hadits nabi shallallahu 'alaihi wa'alaalihi wasallam.

Subhanallah...tidak salah kalau orang minang mempunyai falsafah hidup ADAIK BASANDI SYARA',SYARAK BASANDI KITABULLAH,SYARA' MANGATO ADAIK MAMAKAI....karena ternyata Rasulullah sangat menyukai dan menganjurkan untuk makan bersama2 dengan etika yg Islami,wallahu'alam.

foto fb misrawati

"Aku Bangga Menjadi Anak Minangkabau"

 

Share This Article :
1745663973787222366

Mengungkap Kehidupan Sehari-hari Nelayan di Pantai Pasir Baru Nagari Pilubang Padang Pariaman

Piamanexplore- Nelayan di pantai Pasir Baru tidak hanya berjuang melawan samudra dalam pencarian ikan, tetapi juga melawan waktu. Dalam ar...