-->
NGx9MGB7Nap6Nax5MaRbNqN7MmMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANSIMPLE103

Sambareh Makanan khas Minang Yang Menjadi Tradisi Di Pariaman

Sambareh Makanan tradisional khas piaman. Lamak dek basantan, Lambuak dek rancak tapuang nyo, Manih bagulo saka jo tangguli

Indak ado lawan nyo di rantau urang ko doh sanak, indak lo sado rang piaman nan pandai mambuek nyo.

Sambareh makanan khas di minangkabau ini sangat terkenal kalau orang Indonesia mengenal nya dengan nama serabi. Sambareh terbuat dari santan kelapa dengan campuran tepung beras, sambareh terasa gurih dan lembut di lidah.

Tak banyak masyarakat di minang yang tau bahwa sambareh memiliki kepanjangan yaitu sarang bareh. Kuahnya adalah kombinasi rasa santan, gula merah dan harum pandan. Untuk yangt tidak berkuah bisa juga di beri taburan coklat atau gula enau.

Panganan khas pariaman yang satu ini menjadi bagian yang penting dalam adat istiadat masyarakat setempat. Sambareh menjadi antaran utama dalam tradisi maanta atau menjelang rumah mertua.

Tradisi ini ramai berlangsung atau dilakukan dilakukan para pariaman terutama pada bulan radjab, sehingga bulan tersebut dikenal juga dengan bulan sambareh-bulan dimana orang–orang mengantar sambareh.

Tradisi Mandoa Sumbareh di Pariaman

Masyarakat Di Indonesia banyak memiliki tradisi yang bermacam-macam jika menyambut momen-momen tertentu, termasuk menyambut bulan Rajab. Bulan Rajab berada pada bulan ketujuh dari 12 bulan dalam kalender Hijriah. Bulan ini sering dikatakan bulan penuh kebaikan dan kemuliaan.

Seperti sabda Rasulullah ï·º yang artinya, “Sesungguhnya di surga terdapat sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barang siapa puasa sehari pada bulan Rajab, maka ia akan dikaruniai minum dari sungai tersebut”.

Bagi masyarakat Pariaman, kota pariaman maupun kabupaten padang pariaman sambareh bukan sebagai camilan biasa. Namun, makanan satu ini termasuk dalam bagian dari pelaksanaan tradisi “mandoa sambareh” yang dilaksanakan pada Bulan Rajab.

Menurut sejarah, ajaran ini dikembangkan oleh Syekh Buhanuddin Ulakan yang dibawa dari Aceh. Keberadaannya dimulai sejak adanya islamisasi di Minangkabau. Bulan Rajab menjadi bulan yang istimewa bagi masyarakat Minangkabau, Selain bulan Sambareh, bulan Rajab juga diberi nama lain sebagai “Bulan Kanak-kanak”.

Tujuan dari penamaan ini untuk menyertakan doa kepada arwah yang telah pergi. Biasanya acara mandoa sambareh ini dipimpin oleh Tuanku. Tuanku adalah sebutan bagi ulama yang telah tamat mengaji di Pondok Pesantren yang ada di Padang Pariaman.

Bagi masyarakat yang ingin melaksanakan acara mandoa sambareh terlebih dahulu menyediakan sambareh di rumahnya.

Selain sambareh, tuan rumah juga menyediakan makanan sebagaimana makanan pada umumnya seperti nasi dan lauk pauk untuk disantap setelah acara mandoa.

Acara mandoa ialah kegiatan pembacaan doa, yang bacaan doanya terdapat di buku doa khusus, yang dapat dibacakan ketika acara mandoa berlangsung.

Setelah menyantap  makan tersebut dan berdoa, lalu tuan rumah menyuguhkan sambareh yang telah diisi kuah ke hadapan Tuanku dan masyarakat sekitar yang hadir saat  mandoa selesai untuk dicicipi.

Dan saat tuanku pulang, tuan rumah juga memberi sedekah serta membungkuskan sambareh untuk dibawa pulang. Sedekah di sini dipercayai untuk tabungan akhirat.


#piamanexplore

 

 

  

Share This Article :
1745663973787222366

Mengungkap Kehidupan Sehari-hari Nelayan di Pantai Pasir Baru Nagari Pilubang Padang Pariaman

Piamanexplore- Nelayan di pantai Pasir Baru tidak hanya berjuang melawan samudra dalam pencarian ikan, tetapi juga melawan waktu. Dalam ar...