-->
NGx9MGB7Nap6Nax5MaRbNqN7MmMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANSIMPLE103

Manyusun Adat Jo Limbago Rantau Kampar Kiri Yang Pernah Di Kuasai Kerajaan Minangkabau

rumah gadang di padang panjang
"Pado Adat".

Kata-kata pado adat, biasa sering diucapkan para penghulu serta orang tua-tua ahli adat di Rantau Kampar kiri. Idiom Pado Adat pada intinya sesuatu itu terjadi karena sesuatu sebab-musabab (asbabun Nuzul). Adanya sesuatu dibuat karena ada faktor-faktor yang melatar belakanginya, bukan timbul begitu saja.

Lahirnya adat dan lembaga terjadi karena kebutuhan dan pertimbangan untuk menjaga tatanan keseimbangan sebuah masyarakat disaat saling berhubungan dengan masyarakat lainnya.

Menurut ilmu sosiologi modern, manusia sebagai mahluk sosial memiliki dua daya dalam berhubungan dengan manusia lainnya, daya itu adalah :

1. Daya Asosiasi (daya saling tarik-menarik)

2. Daya Dis asosiasi (daya untuk saling tolak-menolak)

Kedua daya itu dikemas dalam kata " SUKA dan BENCI", atau Menerima dan menolak. Hal tersebut adalah sifat alamiah dari kemanusiaan itu sendiri disebut unsur fitriah dari kemanusiaan. Manusia sebagai Mahluk (Yang dicipta) tentu sifat-sifat kemanusiaan itu adalah bawaan dari penciptanya(Tuhan) disebut sebuah karunia (Pemberian) dari pencipta Allah SWT. Disebabkan oleh karunia atas sifat-sifat tersebut maka terbentuk sebuah sistem kehidupan manusia yang disebut '"SOSIAL" Kata Sosial ini adalah Jiwa (Sifat) dari kemusiaan tentang hubungan-hubungan perkawanan diantara sesama manusia. Kata Sosial bukanlah kata yang lahir dibumi timur tapi di impor dari bumi barat (Eropa Barat dan Amerika Utara).

Orang -orang Oriental (Timur) yang pada masa dahulu, diwakili oleh para ulama dari dunia Islam lebih mengenal Kalimat " MASYARAKAT". Bangsa Malayu umumnya dan orang-orang Minangkabau pada khususnya lebih dekat "Konsepsi Oriental Islam" sehingga lebih mengenal Kalimat "Masyarakat" dari Kalimat "Sosial" sebelum eraPolitik Etis (1905 M). Setelah itu akibat pendekatan pendidikan barat maka orang-orang timur dan Umat Islam mulai akrab dengan Kata SOSIAL.

Kalimat Masyarakat menurut Prof. Sidi Ghazalba, seorang Intelektual Islam  Asal Minangkabau. Beliau menjelaskan bahwa Kalimat Masyarakat itu Menunjuk pada "Persekutuan dari Kelompok-Kelompok Manusia" sesuai dengan asal kata bahasanya yaitu kata "Syarikah" atau serikat yang berarti "Persekutuan" atau Perkongsial hidup diantara manusia. Kata Syarikah itu kemudian ditambah dengan kata yang menunjukkan sebuah benda/tempat (Isim Makani-Bahas Arab). Dengan penambahan Kata Isim tersebut terbentuk kalimat Sempurna yakni Masyarakat.

Masyarakat adalah persekutuan atau Hubungan perkawanan yang terbentuk dari beberapa kelompok manusia yang terjadi diatas sebuah wilayah tertentu dimuka bumi, hubungan perkawanan itu berlansung dalam waktu yang lama sehingga terjadi hubungan yang sangat dekat (Qarib/Qaroba) sehingga tersusun sistem kedekatan atau perkawanan yang disebut sisitem kekerabatan diantara kelompok-kelompok manusia yang berbeda dalam suatu wilayah tertentu.

Kalimat-Kalimat Tanda Kekerabatan

di Rantau Kampar Kiri...

Untuk menunjukkan adanya hubungan kekerabatan pada sebuah masyarakat adat dalam sebuh wilayah tertentu dalam hal ini Rantau Kampar Kiri. Maka hubungan kekerabatan ini dapat ditemukan dalam bahasa-bahasa atau kata-kata yang menunjukkan adanya hubungan kekerabatan diantara satu kelompok dan juga hubungan  walalupun berbeda kelompok.

Sebagaimana diketahui, Masyarakat adat di Indonesia memiliki nilai-nilai yang hampir sama sebagai dasar dalam membina sebuah sisitem Nilai kekerabatan (Adat) dan tatanan Penjaga dari Nilai tersebut (Limbago).

Masyarakat adat itu pada asalnya semuanya "GEMENSCHAP". TALI PERTAMA pengikat kemasyrakatan adalah " Tali Darah/Tali perut (keturunan). TALI KEDUA Adalah tali Pernikahan atau Perkawinan.

Di Dalam Sistem Adat masyarakat Rantau Kampar Kiri, Kalimat-kalimat yang menunjukkan hubungan kekerabatan adalah Sebagai Berikut :

A. Dalam Satu kelompok Suku Matrilinial :

1. Sa-Inyiak (Satu Nenek)

2. Sa-Omak (Satu Ibu )

3. Sa-Suku/Sa-kampuang (Satu Suku atau Satu kampuang)

4. Sapowik (Satu Perut)

5. Sa Uma (Satu Rumah)

6. Sapewuok (Satu Periuk)

7. Sa-Mamak ( Satu Klan Pemimpin Satu Suku)

8. Sa-Tungganai (Satu Pemimpin sebuah sub suku/rumah suku)

9. Kamanakan Suku (Kumpulan orang-orang satu pasukuan laki dan perempuan).

10. Sa Kanca ( Satu Kanca = beberapa Suku tetapi memiliki hubungan khusus diantara mereka seperti induk suku dgn suku pecahan atau satu suku dengan sekutu abadi sukunya (Konco Palangkin ).

A. Beberapa Kelompok Suku Matrilinial

1. Sa-Datuok ( Satu Datuok)

2. Sa-ayah (Satu Ayah)

3. Simondo (Panggilan terhadap ipar dari suku lain bagi laki-laki)

4. Pamoyan/Moyan (panggilan sesama laki-laki yg memiliki Istri dari suku yang sama)

5. Amai (Istri mamak/istri dari paman/sadara ibu yang laki-laki

6. Kak Dusi/kakak Ipar Padusi (panggilan Ipar perempuan)

7. Bako (saudari dari ayah)

8. Anak Pancar ( anak-anak dari Bako

9. Bopak/Opak (Saudara laki-laki ayah)

10. Cucu (keturunan ketiga dari seorang laki-laki atau perempuan)

11. Cicik (keturunan ke empat dari seorang laki-laki/perempuan)

12. Piwik (keturunan kelima dari seorang laki-laki/perempuan)

Dalam adat matrilinial, hubungan-hubungan kekerabatan ini sangat penting untuk diketahui, dari jenis hubungan yang berbeda akan melahirkan "panggilan" yang berbeda pulah disebut "PA'ALUAN". Kesalahan dalam menyebut atau memanggil seseorang ini akan berakibat fatal disebut "Orang Tak Ba"adat".

Pa'aluan dalam sebuah hubungan Sosial atau kemasyarakat ini juga memiliki Strata (Klas-klas Sosial) dalam bahasa adat disebut " Jan sampai Tuo adiak daghi kakak, tua anak dari bapaknyo". Untuk dalam sebuah keluarga saja mulai dari Nenek (Inyiak) Datuok, Omak, mamak atau kakak dan sebagainya, memiliki strata tertentu berdasarkan umur maka lahir sebutan seperti misal seorang keluarga Omak (ibu) yang memiliki banyak saudari antara lain :

1. Maktuo ( Omak Yang Tua)

2. Mak Udo. (Omak yang Muda)

3. Mak Ogha (Omak Yang tengah)

4. Mak Itam  ( Omak yang Gagal Bungsu..heheh)

5. Mak Oncu (Omak Yang Paling Muda/Bungsu)

Seiring dengan perkembangan dan Globalisasi zaman serta interaksi manusia yang semakin luas,maka pola-pola kekerabaan dalam adat soko (matrilinial) sedikit demi sedikit mulai tergerus. Maka dalam masyarakat muncul panggilan-panggilan baru yang lebih praktis atau sederhana serta modern, tentu hal tersebut  akan menimbulkan dimanika dalam hubungan sosial atau kemasyarakatan dalam masyarakat adat di Rantau Kampar Kiri. Pola-Pola Hubungan Kemasyrakatan yang terbentuk berdasarkan Pertalian darah, perut dan perkawinan yang berusia ribuan tahun ini tentu telah turut memebrikan sumbangan dalam mempertahankan eksistensi masyarakat adat, sehingga menjadi Bahasa yang dipakai dalam LIMBAGO ADAT seperti Kampung, Negeri, Luwak dan Rantau, Serantau Kampar Kiri.

Hari ini muncul pula berbagai macam Lembaga Adat di Negeri Kampar, sebagai gerakaan Swadaya masyarakat yang mengatas namakan Adat dan masyarakat Adat. Mudah-mudahan keberadaan lembaga ini mampu berperan dalam menjaga dan melestarikan nilai-nilai "Pado Adat" Empirisme kesejarahan nilai adat yang telah ada sebelumnya. Sebab keberadaan LIMBAGO pada masa Lampau adalah Untuk Mempertahankan Hubungan Kemasyarakatan yang Qarib (Hangat) sehingga muncul " kekompakan" Saciok Baayam, Sadonciang bak Bosi, Dikiki ba'asbi Bosi, dibasua Baabi ayiegh. Saling menjaga Rasa dan Perasaan yang melahirkan tata prilaku yang mulia diantara Manusia (Akhlakul Kharimah).

"Innama Buistu Liutammimma Makarimal Akhlaq  (Al Hadist)".

foto ilustrasi

#Kampar Kiri

Share This Article :
1745663973787222366

Mengungkap Keindahan dan Pesona Agrowisata Payo Surga Di Puncak Kota Solok

Piamanexplore- Pengembangan potensi pertanian kini menjadi lebih luas, seperti yang diterapkan Pemerintah Kota Solok dengan mengembangkan Pu...