-->
NGx9MGB7Nap6Nax5MaRbNqN7MmMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANSIMPLE103

Tradisi Ratik Tulak Bala Di Tobohbaru Nagari Sintuk Padang Pariaman Sumbar

Ratik tulak bala merupakan sebuah kearifan lokal yang berkaitan dengan religi. Berbicara dalam konteks prilaku ritual, ratik tulak bala banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat di Sumatera Barat.

Hampir di seluruh nagari di Sumatera Barat tradisi ratik tulak bala ditemukan, karena tradisi ini dalam pelaksanaannya membaca ayat suci Al Quran dan zikir yang mengagungkan kebesaran Allah SWT. Lalu ditutup dengan pembacaan doa untuk memohon di jauhkan dari bencana.

Berdasarkan defenisi, ratik tulak bala memiliki pengertian zikir memohon kepada Allah agar dijauhkan dari bencana. Faktor inilah yang menyebabkan dalam pelaksanaan kegiatan tradisi ratik tulak bala menjadikan agama sebagai panduan dalam pelaksanaan kegiatannya.

Menariknya, dalam pelaksanaan kegiatan ratik tulak bala masing-masing daerah atau nagari di Sumatera Barat memiliki tata cara tersendiri. 

Walaupun secara esensi sama. Yaitu berzikir dan ditutup dengan pembacaan doa yang berisi permohonan kepada Allah SWT agar dijauhkan dari bencana.

Perbedaan cara pelaksanaan kegiatan di masing-masing nagari menyebabkan pelaksanaan tradisi ini menjadi unik dan spesifik di masing-masing nagari.

Pada masyarakat Tobohbaru,Nagari Sintuk, Kecamatan Sintuk Toboh Gadang, Kabupaten Padang pariaman yang baru saja melaksanakan Ratik Tulak Bala, ada beberapa informasi yang ingin dijelaskan.

Pertama waktu pelaksanaan kegiatan ratik tulak bala dan siapa saja yang melaksanakan serta kenapa kegiatan ratik tulak bala ini dilaksanakan.

Pelaksanaan ratik tulak bala di Korong Tobohbaru, Nagari Sintuk dilaksanakan selama 3 minggu yang dilaksanakan setiap Rabu. Dua kali dilaksanakan sore hari dan satu hari dilaksanakan malam.

Waktu yang ditetapkan adalah setelah Sholat Ashar ke Magrib untuk sore hari. Sedangkan malam hari setelah waktu Shalat Isya.

Informasi yang diperoleh menjelaskan bahwa secara tradisi ini dari dulunya memang dilaksanakan tiga kali dan hari yang ditetapkan adalah setiap Rabu.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan tokoh masyarakat, ketetapan pelaksanaan kegiatan ini tiga kali, lebih disebabkan dari proses pelaksanaan kegiatan yang diawali dari Surau Korong lalu alim ulama, urang siak dan masyarakat berjalan mengeliling kampung.

Sedangkan waktu yang disepakati adalah sehabis Ashar ke Magrib. Terbatasnya waktu dan luasnya wilayah yang akan dijalani menyebabkan ketika ratik tulak bala tidak bisa dilaksanakan satu kali mengelilingi seluruh kampung.

Faktor inilah yang menyebabkan pelaksanaan kegiatan ratik tulak bala dilaksanakan tiga kali dengan jalur yang berbeda setiap pelaksanaannya. Diharapkan seluruh kampung dapat dilalui oleh arak arakan peserta ratik tulak bala.

Pelaksanaan ratik tulak bala di Tobohbaru dilaksanakan secara gotong royong dan melibatkan seluruh unsur di tingkat korong. Yaitu wali korong, kapalo mudo, labai dan pegawai serta ketua pemuda.

Untuk pelaksanaan tahun 2022 ini pembukaan kegiatan ratik tulak bala dihadiri wali nagari Sintuk, Camat Sintuk Toboh Gadang dan tokoh masyarakat di Nagari Sintuk.

Sedangkan pelaksana lapangan adalah alim ulama, orang siak dan masyarakat yang ada di Toboh Baru. Kegiatan ini diawali di surau korong kemudian berlanjut ke rute yang telah ditetapkan dan diakhir kembali di Surau Korong.

Kaum ibu juga memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pelaksana kegiatan ratik tulak bala dengan membawa makanan dan minuman ke masjid. 

Informasi ini memperlihatkan bahwa keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini ditentukan dari semangat gotong-royong dan kerjasama dari seluruh pihak dalam Korong Tobohbaru.

Tradisi ratik tulak bala telah lama tidak dilaksanakan oleh masyarakat di Tobohbaru. Tahun ini kembali dilaksanakan oleh masyarakat karena sudah beberapa tahun ini hasil pertanian yang mereka laksanakan cenderung gagal.

Kegagalan pertanian ini mulai dari bencana banjir, hama wereng atau hama tikus. Faktor inilah yang mendorong masyarakat melaksanakan kegiatan ratik tulak bala berharap Allah menurunkan rahmatnya dan menjauhkan bencana terhadap tanaman yang mereka tanam.

Berbicara dalam konteks masa lalu, tradisi ratik tulak bala di Nagari Sintuk lazim dilakukan oleh setiap korong dengan sistem bergantian ketika satu korong telah selesai melaksanakan ratik tulak bala akan di lanjutkan dengan korong lainnya.

Faktor inilah yang menyebabkan pelaksanaan kegiatan ratik tulak bala di Nagari Sintuk bisa berlangsung selama 6 bulan. Waktu pelaksanaan biasanya adalah pada bulan Muharam atau pada waktu padi baru tumbuh.

Sebab pada saat itulah sang petani berharap padi yang sedang tumbuh itu mampu bertahan hingga masa panen nantinya. Pelaksanaan ratik tulak bala merupakan waktu yang dinanti oleh masyarakat.

Sebab saat itulah banyak masyarakat yang membawa paureh atau tawa nan ampek (cikarau, cikumpai, sitawa dan sidingin) untuk diletakan di dalam surau.

Ketika kegiatan ratik tulak bala selesai dilaksanakan paureh tadi dibawa pulang biasanya ditebarkan di sawah atau dirumah untuk mengharapkan keberkahan dari Allah dan menjauhkan dari bencana atau bala.

Perubahan zaman niscaya untuk bisa dihindari oleh setiap manusia. Faktor inilah yang menyebabkan tradisi ratik tulak bala berangsur-angsur hilang dalam kehidupan masyarakat diNagari Sintuk. 

Dalam konteks tradisi seharunya kegiatan ini bisa dilaksanakan terus menerus karena dari aspek pelaksanaan yang dibaca adalah ayat suci Al Quran dan zikir.

Sedangkan di bagian akhir kegiatan ini adalah pembacaa doa yang memohon kepada Allah agar dijauhkan dari bencana.

Manfaat lain ketika tradisi ini mampu dipertahankan adalah media untuk menjaga, merawat dan mempertahankan semangat gotong royong di tengah-tengah masyarakat.

Keberhasilan pelaksanaan ratik tulak bala sangat ditentukan dari kerja sama seluruh komponen masyarakat yang ada di tingkat korong mulai dari wali korong, kapala mudo, ketua pemuda, labai, pegawai dan seluruh masyarakat di tingkat korong. Padangekspres6,11,22.

Share This Article :
1745663973787222366

Mengungkap Kehidupan Sehari-hari Nelayan di Pantai Pasir Baru Nagari Pilubang Padang Pariaman

Piamanexplore- Nelayan di pantai Pasir Baru tidak hanya berjuang melawan samudra dalam pencarian ikan, tetapi juga melawan waktu. Dalam ar...