-->
NGx9MGB7Nap6Nax5MaRbNqN7MmMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANSIMPLE103

Wisata Genealogi Wisatawan Belanda Cari Jejak Leluhurnya Di Sumatera Barat

didalam bus bule belanda menuju padang foto X hermawan (ilustrasi)

Piamanexplore-Bulan Februari lalu 2024 seorang wisatawan Belanda berkunjung ke Sumatera Barat. 

Tujuannya adalah untuk mencari arsip yang berkaitan dengan kehidupan leluhurnya yang dulu lahir dan tinggal di Padang pada akhir abad ke-18 dan abad ke-19.

Ia menelusuri sejumlah tempat di Kota Padang yang dinilai memiliki arti khusus dalam kehidupan leluhurnya.

Ia juga melakukan wawancara dengan para pakar untuk mendapatkan pemahaman lebih utuh tentang posisi leluhurnya dalam masyarakat kolonial Kota Padang tempo dulu.

Menurut ranji silsilahnya, leluhur wisatawan itu terdiri dari orang Belanda, Jerman, Nias, dan Tionghoa.

Dalam studi sejarah, aktivitas wisatawan Belanda itu termasuk dalam kajian sejarah keluarga. Sementara itu, dalam ilmu kepariwisataan, perjalanan menelusuri jejak leluhur disebut sebagai wisata genealogi.

Keterkaitan ini menyebabkan hubungan antara pariwisata dan sejarah sangat dekat–seperti yang dikatakan McCain dan Ray (2003), “… perjalanan ke tanah air leluhur menjadi titik temu antara pariwisata dan penelitian sejarah keluarga.”

Tulisan ini mencoba memperkenalkan wisata genealogi. Wisata ini pada umumnya lebih menonjol di Eropa dan Amerika, terutama di negara-negara yang pernah dilanda konflik atau perang, yang menyebabkan terjadinya eksodus besar-besaran penduduk ke luar dari negaranya.

Secara khusus, wisata genealogi di Indonesia berkaitan erat dengan sejarah kolonialisme.

Pada awal abad ke-19, Kerajaan Belanda melakukan perekrutan tentara bayaran dari berbagai negara di Eropa–terutama Jerman dan Belgia–untuk ditempatkan di Hindia-Belanda (Indonesia).

Mereka ikut dalam sejumlah ekspedisi militer, misalnya Perang Paderi dan Perang Aceh. Setelah pensiun, sebagian di antara mereka memilih menetap dan beraktivitas seperti penduduk sipil pada umumnya.

Di Padang, misalnya, mereka melakukan perkawinan dengan penduduk setempat, terutama dengan perempuan Nias dan Tionghoa.

Dalam perkembangannya, ada keturunan mereka yang memilih pulang ke Belanda. Kepulangannya ke Belanda sebagian didasarkan atas kemauan sendiri, sementara lainnya karena faktor politik dan keamanan.

Di Belanda, kisah masa lalu keluarga mereka, yang biasanya tidak utuh, diceritakan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Ketidakutuhan cerita inilah yang membuat mereka selalu bertanya: siapa dan dari mana mereka berasal–dua pertanyaan dasar dalam upaya merekonstruksi identitas dan jati diri.

Wisata Genealogi di Sumatera Barat

Wisata genealogi adalah kegiatan perjalanan wisatawan, baik seseorang maupun sekelompok orang, dengan mengunjungi tempat-tempat yang memiliki keterkaitan dengan keluarga atau leluhur mereka (Costa, 2022).

Wisata genealogi di Indonesia, khususnya di Sumatera Barat, dapat dikatakan belum terkelola dengan baik.

Meski terdapat banyak kekurangan, tetapi telah ada upaya untuk menyelenggarakan aktivitas wisata ini dalam skala kecil.

Dalam beberapa bulan terakhir, tercatat setidaknya ada dua kegiatan wisata genealogi di Sumatera Barat. Wisata genealogi pertama terjadi pada September tahun lalu, sedangkan yang kedua pada Februari tahun ini.

Pada wisata genealogi pertama, Sumatera Barat dikunjungi oleh dua orang wisatawan Belanda. Keduanya merupakan pasangan suami-istri.

Mereka mengatakan bahwa leluhur mereka dulu pernah tinggal dan bekerja di Padang pada dekade 1840-an: awalnya sebagai ahli bedah, kemudian diangkat menjadi kepala rumah sakit.

yang memiliki kepedulian terhadap pelestarian warisan budaya, memberikan pendampingan yang berharga selama kunjungan mereka di Kota Padang.

Mereka berkunjung ke tempat-tempat di mana leluhur wisatawan itu dulu tinggal dan bekerja, seperti Militair Hospitaal (kini: Rumah Sakit dr. Reksodiwiryo) dan officierswoningen/tempat tinggal perwira (kini: kompleks asrama TNI).

Melalui kunjungan itu, wisatawan dapat melihat langsung dan merasakan suasana dari tempat-tempat yang pernah menjadi bagian penting dalam sejarah keluarga mereka.

Selain mengunjungi tempat-tempat bersejarah, wisatawan Belanda itu juga berupaya melacak dokumen asli akta kelahiran salah satu leluhur mereka yang kemungkinan disimpan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Padang.

Dalam upaya ini, mereka mendapat bantuan yang sangat berarti dari staf Disdukcapil dan Galeri Arsip Statis–Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kota Padang.

Wisata genealogi kedua, pada Februari lalu, merupakan perjalanan panjang yang sarat dengan makna sejarah dan eksplorasi identitas.

Kegiatan wisata ini menguras pikiran dan waktu selama dua minggu. Di sini, aspek penelitian sejarah keluarga mendapat porsi lebih besar ketimbang perjalanan menyusuri tempat-tempat tertentu.

Hal ini disebabkan oleh keadaan fisik kota yang telah jauh berubah antara abad ke-19 dan situasi hari ini.

Bangunan-bangunan tertentu, yang dulu berkaitan dengan kehidupan leluhur wisatawan, kini sudah tak ditemukan lagi.

Karena itu, sebagian besar kegiatan wisata genealoginya adalah penelusuran arsip di berbagai lembaga kearsipan di Padang dan Padangpanjang.

Dispusip dan Disdukcapil Kota Padang, PDIKM Padangpanjang, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Sumatera Barat, adalah beberapa di antaranya.

Selain penelusuran arsip, kegiatan lainnya adalah konsultasi dengan sejarawan dari Universitas Andalas dan Universitas Negeri Padang.

Sesi tanya-jawab dengan para pakar ini sangat penting artinya untuk mendapatkan konteks historis di mana leluhur wisatawan itu pernah tinggal.

Dalam catatan penulis, yang ikut mendampingi serta memandu perjalanan wisatawan Belanda itu, ia menghabiskan waktu selama 15 hari di Sumatera Barat.

Ia pulang ke Belanda pada awal Maret. Perjalanannya tentu meninggalkan kesan tersendiri, yang mungkin akan ia ceritakan pada keluarga dan kerabatnya di sana.

Mungkin saja, dari penceritaan itu, akan ada lagi orang Belanda (yang leluhurnya lahir dan tinggal di Sumatera Barat) berkunjung untuk tujuan yang sama.(*)

Ucapan terima kasih penulis kepada Maaike Hajer (HU University of Applied Sciences Utrecht, the Netherlands), Rosalina Pisco Costa (University of Evora, Portugal), dan Abdul Harits R. (Universitas Andalas, Indonesia).

Tulisan ini dilansir dari padek.jawapos.com pada tgl Jumat, 10 Mei 2024  dengan judul “Wisatawan Belanda Telusuri Jejak Leluhurnya di Sumatera Barat”   

Share This Article :
1745663973787222366

Polisi Tetapkan Tersangka Baru Di Kasus Pembunuh Nia Gadis Penjual Gorengan, Siapa Dia?

Piamanexplore- Kasus pembunuhan dan pemerkosa gadis penjual gorengan berinisial NKS di Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar) masuk babak ...