Korban, Aldelia Rahma, mengalami luka bakar setelah sengaja dibakar oleh teman sekelasnya.
Siswi kelas empat tersebut pernah mengalami perundungan oleh teman-temannya sebelum kejadian tragis tersebut, yang terjadi saat kegiatan olah raga sekolah.
Di bawah pengawasan guru, siswa-siswi diminta untuk ikut bersih-bersih yang berujung pada pembakaran sampah yang terkumpul.
Saat membuang sampah, seorang anak laki-laki mengincar Aldelia dan dengan sengaja menuangkan cairan bensin, pertalite, ke tubuhnya, sehingga pakaiannya terbakar.
Meskipun ada upaya yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani untuk memadamkan api, Aldelia telah menderita luka bakar yang parah.
Pihak sekolah segera membawanya ke Puskesmas terdekat dan kemudian ke RSUD Lubuk Basung.
Karena kondisinya yang kritis, ia dipindahkan ke RSUP M Djamil Padang namun pihak sekolah tidak mendampinginya, ia dirawat sejak 23 Februari 2024.
Penjelasan awal yang diberikan oleh seorang guru menyatakan bahwa kebakaran tersebut merupakan kecelakaan akibat ledakan botol minyak tanah di dekat tempat sampah yang sedang dibakar.
Namun, saat berada di rumah sakit, Aldelia bercerita berbeda, ia mengaku sengaja disiram pertalite oleh teman sekelasnya.
Keluarga Aldelia menuntut akuntabilitas dari sekolah atas kegagalannya dalam menjamin lingkungan yang aman.
Dirawat oleh keluarganya, Aldelia berjuang melawan cedera dan kekurangan gizi selama 35 hari di rumah sakit, menjalani empat operasi.
Dia akhirnya diperbolehkan pulang, meski baru pulih 5 persen. Di rumah, kondisinya memburuk, dan dia menghabiskan hampir dua bulan terbaring di tempat tidur, dan semakin menderita kekurangan gizi.
Tragisnya, meski telah berusaha keras, Aldelia meninggal dunia. Kasusnya telah menimbulkan kekhawatiran dan pertanyaan tentang peran dan respon sekolah terhadap penindasan.
Berita ini sudah trending se Indonesia.
