-->
NGx9MGB7Nap6Nax5MaRbNqN7MmMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANSIMPLE103

Sebutan Nilai Uang Atau Pitih Dek Urang Dulu-Dulu Di Minangkabau

gambar hanya ilustrasi
Kalau ado nan balanjo jo pitih iko dulu nyo lah tuo kini. Kini beberapa sebutan tentang pelafalan nilai uang atau pitih di Minangkabau ini sudah jarang kito dengar lagi. Sebab semua mungkin sudah terkikis dengan adanya perputaran jaman yang mau tak mau harus diikuti. 

Sekedar menambah tahu bagi generasi milenial kini, anak-anak zaman sekarang kemungkinan tidak mengetahui sama sekali tentang sebutan nilai mata uang pado zaman dulu di minangkabau mengingatkan bagi yang lupa di masa kecilnya pernah disuruah beli sesuatu dengan kata penunjuk harga barang sebagai berikut:

Ciek Tali

Selanjutnya Ciek Tali. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya Satu Tali. Tapi jika di Minangkabau istilah Ciek Tali ini mewakili nilai 25. Mungkin pada suatu masa harga seutas tali memang 25.

Ketika jaman penyanyi minang  Anroys atau Zalmon dengan kasiak tujuah muaro-nya masih berjaya istilah ini masih sering di dengar. Ciek tali, untuk menyebutkan angka 25. Berikut juga dengan kelipatannya. Misalkan 5 tali yang artinya 125.

Ciek suku

Jangan baper dulu bagi yang jomblo dan pernah saling jatuh cinta dengan saudara sesuku. Makna sasuku dalam masalah kepeang ini adalah 50.

Jika disebutkan sa suku itu artinya Rp 50. Berikutnya juga berlaku kelipatan. Misalnya tigo suku, artinya 150. Secara luasnya mungkin kenaikan label uang sekarang tak bisa lagi dipakai. Tetapi jangan salah, untuk pecahan besar Rp 50.000 juga masih banyak dipakai istilah ini. Intinya Sasuku ini 50. Walau jarang tapi masih banyak yang pakai istilah “ 700 kurang Sasuku” Artinya 700-50= 650 (tentunya dalam ratus ribu).

Ciek Piah

Kecek uwo awak atau nenek iko adalah menunjukkan nilai Satu Rupiah. Mungkin itu entah tahun berapa, ketika Soekarno masih kuat kuatnya jalan kaki. Penunjuk harga Ciek Piah ini berarti harganya 1 Rupiah. Di jaman itu uang 1 Rupiah masih laku.

Namun waktu dulu admint ketika ketek atau masih kecil usia belia proses sekitar tahun 90 an menuju remaja. Banyak orang mengatakan Ciek Piah ini sebagai perwakilan untuk harga Rp 100. Sedikit gambaran waktu itu ada uang logam Rp 100 yang tebal dan yang tipis. Yang tebal bergambar Rumah Gadang, sementara yang tipis bergambar Wayang. Setelah itu baru hadir logam Rp 100 kuning.

Sainggik

Sepertinya ini yang paling awet sekarang. Sainggik = seringgit kata orang Indonesia. Untuk istilah ini menunjukkan nilai 250. Bagaimana masih adakah sanak mendengar istilah Bara ko Ni? Sainggik Diak. tapi mungkin karena kerasnya jaman sejak reformasi ini, Sainggik lebih sering disebut Moatuih duo. Sasudah tu juga berlaku kelipatan dengan penyebutan contohnya Tigo inggik yang artinya 750.

Bagaimana? Ada terasa... Maksudnya Ada pernah mendengar istilah ini lagi. Atau mungkin kalian yang muda dan maju katanya sudah lebih akrab dengan Goceng, Ceban Cebanan? Lanjuik : Baa Kok ayam kampuang labiah maha pado ayam kota?


Lah pueh balanjo sanak?

Share This Article :
1745663973787222366

Mengungkap Keindahan dan Pesona Agrowisata Payo Surga Di Puncak Kota Solok

Piamanexplore- Pengembangan potensi pertanian kini menjadi lebih luas, seperti yang diterapkan Pemerintah Kota Solok dengan mengembangkan Pu...