-->
NGx9MGB7Nap6Nax5MaRbNqN7MmMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANSIMPLE103

Tahapan Dan Proses Tradisi Mengambil Air Nira

foto fika bee
Piamanexplore-Air nira adalah sebutan air yang diambil dari tandan buah pohon enau atau aren yang belum di proses. Maksudnya air yang dipanen itu belum mengalami proses tetapi bisa langsung diminum.

Pada masa dahulu air nira itu dijajakan sepanjang kampung menggunakan wadah bambu. Air nira itu rasanya manis sehingga diminati orang banyak baik kalangan anak-anak maupun orang dewasa.

Nama lain pohon ini adalah arenga pinnata batangnya besar tinggi dan daunnya seperti daun kelapa tetapi agak lebar. Pohon enau juga berbuah dan buahynya dijadikan bahan makanan untuk manisan maupun kolak dan lainnya.

Buah ini lazim juga disebut dengan buah tap atau kolang-kaling. Bentuknya lonjong berwarna putih transparan rasanya kenyal dan menyegarkan. Buah ini banyak dijual dipasar-pasar tradisional, terutama saat bulan puasa (Ramadhan) untuk sajian pabukoan.

Pohon aren tumbuh di hutan-hutan tidak membutuhkan kondisi tanah yang kusus, bisa tanah liat, berpasir dan banyak didaerah dataran rendah. Oleh sebab itu pohon aren dikenal oleh masyarakat dimana saja dan bermanfaat bagi kehidupan.

Pohon aren banyak memberi manfaat bagi masyarakat mulai dari urat, batang, daun dan buah. Selain itu pohon aren melalui tandan buahnya menghasilkan air nira. Air nira dapat diolah menjadi gula merah, cuka atau bisa langsung diminum.

Untuk mendapatkan air nira yang banyak setiap kelompok masyarakat mempunyai kepandaian sendiri yang disebut juga dengan pengetahuan tradisional. Pengetahuan ini diwarisi secara turun-temurun hingga saat ini masih dilakukan, seperti masyarakat suku rejang di kecamatan topos kabupaten lebong.

Pengetahuan tentang kapan buah pohon aren bisa dipanen atau diambil air niranya sudah diketahui oleh masyarakat melalui berbagai tanda-tanda seperti daunnya sudah lembut dan tanda-tanda lainnya.Jika dipercayai bahwa air nira sudah bisa dipanen maka proses pengambilannya pun dilakukan.

Beberapa Tahapan Yang Dilakukan Ketika Memanen Air Nira     

Pertama, menyiapkan peralatan yang diperlukan seperti tangga, palu, kayu penahan dan jerigen atau bambu panjang. Tangga digunakan untuk memanjat pohon, biasanya terbuat dari sebatang bambu sebagai tempat pijakan dan sebatang bambu lagi sebagai pegangan.

Bambu tempat pijakan diberi lobang-lobang berjarak lebih kurang 40-50 cm atau sebatas langkahorang yang akan menggunakannya.

Tangga dan pegangan di gunakan dalam waktu lama (selama proses panen). Oleh sebab itu diperlukan bambu yang sudah tua dan kuat. Selain itu ada juga yang menggunakan tangga sebagaimana yang lazim dilihat sehari-hari.

Bentuknya ada anak tangga sebagai tempat pijakan untuk naik. Tangga ini posisi kaki lebih leluasa dibandingakn tangga sebatang bambu yang hanya bisa masuk telapak kaki depan. Palu adalah alat yang terbuat dari kayu dibentuk seperti martil. Ada tangkai berukuran kecil pas digenggam dan bagian ujung berukuran agak besar.

Palu digunakan untuk memukul-mukul tandan buah agar lemas dan banyak airnya. Sedangkan bambu panjang atau jerigen adalah alat untuk menampuang tetesan air nira yangb keluar dari tandan buah.

Langkah pertama adalah memasang tangga denagn cara salah satu ujungnya ditancaokan ketanah dan satunya lagi disandarkan kebatang pohon aren. Begitu juga bambu untuk pegangan yang dipasangkan bergandengan.

Tangga dan pegangan tangan harus terpasang dengan baik sebab menyangkut keselamatan orang yang akan menggunakannya. Setelah itu dipasang kayu penahan antara dahan-dahan pelepah daun sebagai tempat berdiri saat mamukul-mukul tandan buah.

Kedua, memukul-mukul atau menokok-nokok pangkal tandan buah menggunakan palu kayu. Memukul-mukul tandan pangkal buah dilakukan selama kurang setengah jam atau dalam hitungan sekitar 50 kali. Pukulannya tidak boleh keras sekuat tenaga tapi pelan-pelan agar kulit tandan tidak lecet atau pecah. Pukulannya harus rata kesemua bagian pangkal tandan atas, bawah kiri, kanan, secara bergantian.

Sebelum memulai terlebih dahulu membaca doa atau mantranya yang berbunyi: manimok ibang bado, menyipo ibang pegho, cor kaor ngikuo tikus, dengan Tuhan nguok tiko, nguok kacak Aamiin Ya rabbal Alamin. Isi dari doa atau mantra tersebut adalah meminta kepada sang pencipta agar air nira keluar dalam jumlah yang banyak mengalir deras seperti air sungai.

Ketiga, mengayun tandan buah menggunakan dua tangan dengan posisi berdiri, kedua tangan menggenggam tandan buah. Tandan buah diayun ke depan kebelakang berulang-ulang kali dalam hitungan yang cukup banyak berkisar 100-300 kali kedepan dan kebelakang sebanyak antara 200-600 kali.

Menurut kepercayaan mereka tidak boleh kurang dari hitungan 100 kali kedepan dan 100 kali ke belakang karena berpengaruh terhadap air nira yang didapatkan (wawancara dengan bapak Rusli di topos tanggal 13 maret 2021).

Proses memukul dan mengayun tandan buah dilakukan pagi harim sebanyak 7 kali dalam hitungan 1 x satu minggu, jadi berlangsung selama 7 minggu. Sampai saat ini masyarakat setempat masih melakukan sebagaimana yang diwarisi oleh para tetuanya. Mereka merasa hasil yang diperoleh mencukupi sehingga tidak ada yang mau mencoba cara lain.

Keempat, adalah masa panen yakni memotong buah dari tandan yang dilakukan pada minggu kedelapan. Jarak buah ketandan yang akan di potong kira-kira 10cm. Pada saat itu langsung disediakan wadah untuk menampung air nira baik bambu berukuran panjang atau wadah lain seperti jerigen plastik. Wadah tersebut digantung pada tali yang diikatkan pada batang.

Cara panen nira yakni meiris tandan buah. Irisan itu tidak boleh terlalu tebal diperkirakan sekitar ½ -1 cm dilakukan pagi dan sore. Pagi hari tandan buah diiris lalu tetesan air nira ditampung dibiarkan hingga sore.

Pada sore harinya diambil air nira lalu tandan buah diiris lagi dan ditampung tetesan air niranya yang akan diambil keesokan paginya.

Begitu seterusnya sehingga habis tandan buah itu. Masa panen satu tandan buah bisa berlangsung selama 2-3 bulan, apalagi tandan buah itu panjangnya mencapai satu meter lebih. Satu pohon aren bisa dipanen satu sampai lima tandan.

Tetapi yang bisa dipanen bersamaan hanya 2 tandan. Sedangkan tandan lainnya menunggu sampai waktunya untuk dipanen.

Selama masa panen, air nira diolah menjadi gula sehingga kebutuhan gula terpenuhi terutama dilingkungan keluarga yang bersangkutan. Sesungguhnya pohon aren tidak banyak tumbuh disana, tetapi bagi kelompok masyarakat menjadi salah satu sumber pendapatan.

Tradisi lama masih dipertahankan oleh masyarakat, meskipun pada saat ini pengaruh teknologi modern telah hadir dalam kehidupan mereka.#padangekspres2'10'22  

Share This Article :
1745663973787222366

Nama Mesjid Raya Sumbar Akan Diganti: Sebuah Refleksi Tentang Estetika dan Identitas Ini Alasannya

Piamanexplore- Mesjid Raya Sumbar, salah satu mesjid terbesar di sumbar dan destinasi wisata religius di Sumatera Barat, resmi mengubah nama...